SUNGAI SELAN, Harianinfo.com – Di balik gemericik air dan keindahan alam Sungai Selan, tersembunyi permasalahan yang terus menggerogoti wilayah ini.
Tambang timah ilegal masih beroperasi dengan bebas, meskipun pihak berwenang telah berulang kali melakukan penertiban.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apa yang salah dalam upaya penegakan hukum dan siapa yang diuntungkan?
Sejak beberapa bulan terakhir, Aparat keamanan terus menggencarkan operasi untuk menertibkan aktivitas tambang ilegal di Sungai Selan.
Beberapa kali peralatan tambang disita, penambang dibubarkan, dan lokasi tambang ditutup. Namun, seperti lingkaran setan, aktivitas tambang kembali muncul hanya beberapa hari setelah operasi selesai.
Menurut salah satu warga yang enggan disebutkan namanya, tambang ilegal di Sungai Selan kerap beroperasi secara diam – diam dan tersembunyi untuk menghindari pantauan aparat. “Kalau pagi sepi, tapi kalau sore ramai lagi. Kadang ada yang seperti sudah tahu kapan operasi akan dilakukan,” ungkapnya.
Beragam spekulasi muncul soal maraknya tambang ilegal ini. Dugaan keterlibatan oknum tertentu baik dari pihak aparat maupun pemodal besar menjadi sorotan.
Sistem perizinan yang rumit serta rendahnya pengawasan di lapangan dituding sebagai faktor utama yang memperparah situasi.
“Operasi penertiban hanya seperti formalitas. Ada indikasi permainan yang lebih besar di belakang layar. Kalau tidak, kenapa tambang ilegal tetap marak meski sudah jelas melanggar hukum?” ujar seorang warga setempat.
Selain persoalan hukum, tambang ilegal ini meninggalkan dampak lingkungan yang tidak main-main. Area sungai yang seharusnya menjadi sumber kehidupan kini tercemar limbah tambang. Air sungai berubah keruh, merusak ekosistem di sekitarnya, dan mengancam mata pencaharian para nelayan serta petani yang bergantung pada aliran air tersebut.
“Sungai Selan sudah tidak seperti dulu lagi. Airnya kotor, ikan susah didapat. Kami yang hidup dari sungai ini terpaksa mencari alternatif lain,” keluhnya.
Masyarakt mendesak pemerintah untuk tidak hanya sekadar melakukan operasi penertiban, tetapi juga mencari solusi jangka panjang. Penindakan hukum harus diiringi dengan pemberdayaan masyarakat setempat agar mereka tidak lagi tergoda menjadi pekerja tambang ilegal.
Selain itu, transparansi dalam penanganan kasus ini sangat penting untuk menghilangkan dugaan keterlibatan pihak-pihak tertentu.
“Pemerintah harus lebih tegas. Tambang ilegal ini bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga ancaman serius bagi lingkungan dan generasi mendatang,” tegas seorang warga dari universitas lokal.
Apakah tambang ilegal di Sungai Selan akan terus menjadi momok yang tidak terpecahkan? Ataukah pemerintah akhirnya mampu memutus rantai permasalahan ini?
Hanya waktu yang bisa menjawab.
Namun, satu hal yang pasti, masyarakat dan lingkungan membutuhkan solusi nyata, bukan janji belaka.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga hukum, harapan untuk menyelamatkan Sungai Selan masih ada.
Namun, semua pihak harus sepakat: waktu untuk bertindak adalah sekarang, sebelum segalanya terlambat. (Hi)